Kontaminasi sering terjadi dalam berbagai kegiatan. Komponen yang menjadi penyebab kontaminasi sangat beragam, baik berupa benda mati maupun mahluk hidup. Dalam mikrobiologi perikanan, kontaminasi umumnya disebabkan kehadiran mikroba yang tidak diharapkan. Satu hal yang perlu diingat bahwa keberadaan mikroba bersifat universal sehingga mereka akan mengkontaminasi apapun. Ikan dan produk perikanan dapat mengalami kontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan kehadirannya. Tidak hanya ikan, apabila hendak mengisolasi mikroba untuk dipelajari lebih detail, satu yang harus dilakukan adalah mencegahnya dari kontaminasi. Semua mikroba harus dibuang atau dimusnahkan dari ikan dan peralatan atau media yang akan digunakan untuk menangani mikroba. Hal ini dilakukan untuk mengeliminasi atau mengurangi kemungkinan kontaminasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya kontaminan adalah sterilisasi, baik terhadap bahan, peralatan atau pekerja yang terlibat. Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua mikroba pencemar, baik mikroba menguntungkan maupun merugikan. Sterilisasi yang baik dapat mencegah tumbuhnya mikroba lain yang tidak diharapkan dalam bahan yang telah disterilisasi. Teknik sterilisasi yang digunakan berbeda antara satu dengan lainnya, tergantung dari jenis material yang digunakan. Pada umumnya proses sterilisasi dapat dilakukan secara kering dan basah sesuai dengan jenis bahan yang akan disterilisasi. Untuk peralatan yang terbuat dari logam dan gelas tahan panas dapat dilakukan sterilisasi kering. Bahan yang tidak tahan panas, seperti media kaldu dan media agar, proses sterilisasinya dilakukan secara basah. Bahan berbentuk cair seperti larutan gula, garam fosfat, ammonium, trace metal, vitamin, dapat disterilisasi menggunakan pemanasan dan penyaringan. Sterilisasi kering dilakukan dengan menggunakan api atau oven. Proses sterilisasi menggunakan api berlangsung dalam sangat singkat. Suhu api yang tinggi dapat membunuh mikroba pencemar dalam waktu singkat. Salah satu contoh proses sterilisasi menggunakan api adalah sterilisasi ose sewaktu akan digunakan untuk memindahkan mikroba. Contoh lainnya adalah sterilisasi tabung reaksi, labu Erlenmeyer atau cawan petri sewaktu akan mengambil dan menginokulasi mikroba. Pada prinsipnya, penggunaan oven untuk sterilisasi dilakukan dengan menggunakan udara panas untuk membunuh mikroba. Udara panas ini dihasilkan oleh sumber panas berupa api atau arus listrik yang memanaskan elemen pemanas. Oven digunakan untuk proses sterilisasi peralatan yang terbuat dari logam atau gelas tahan panas. Untuk bahan yang tidak tahan terhadap panas langsung, seperti media kaldu, media agar atau peralatan plastik, proses sterilisasi dilakukan dengan digunakan sterilisasi basah. Pada dasarnya, sterilisasi basah adalah proses sterilisasi dimana panas yang digunakan tidak langsung mengenai bahan atau perlatan secara langsung tetapi melalui media berupa uap air atau air. Sterilisasi basah dapat dilakukan menggunakan autoclave dan waterbath. Prinsip penggunaan autoclave relatif sederhana, dimana uap bertekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber dimana peralatan akan disterilisasi. Suhu uap yang diinjeksikan mencapai 121 oC dan bertekanan tinggi (±15 psi). Suhu dan tekanan tinggi akan berperan dalam proses sterilisasi. Lamanya proses sterilisasi bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121o C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk tahap pemanasan (heating) dan Pendinginan (cooling), total waktu proses sterilisasi berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Penggunaan waterbath untuk proses sterilisasi memiliki prinsip yang sama dengan autoclave, namun berlangsung di bawah tekanan normal (±1 atm). Waterbath akan memanaskan air hingga mencapai suhu yang diinginkan. Selanjutnya air panas inilah yang akan berperan dalam proses sterilisasi. Untuk bahan cairan yang tidak tahan terhadap panas langsung maupun tidak langsung, proses sterilisasi dapat dilakukan mmenggunakan metode penyaringan. Bahan cair disaring menggunakan filter membran (membrane filter) berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Penggunaan metode penyaringan cocok untuk bahan cair yang memiliki volume kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein. faktor-faktor ataupun hal-hal yang mempengaruhi sterilisasi antara lain : 1. Materi penyusun alat/bahan yang disterilkan. media penyusun suatu alat akan mempengaruhi daya tahan alat tersebut. Ketahanan alat/bahan itulah yang mempengaruhi keefektifan suatu proses sterilisasi, apabila materi penyusun alat tsb tidak tahan panas maka sterilisasi tidak akan efektif. karena suhu sterilisasi tidak bisa tinggi. 2. Kondisi alat/bahan yang ingin disterilkan. apabila suatu alat digunakan untuk interaksi langsung dengan mikroorganisme pengotor, maka diperlukan waktu sterilisasi ekstra agar semua jasad-jasad renik yang ada pada alat mati. 3. ukuran wadah pensterilan. semakin besar wadah pensterilan maka akan semakin sulit menjamin semua permukaan terkena panas. sehingga kesterilanpun tidak bisa dijamin. 4. ketahanan tubuh mikroba. semakin ketahanan tubuh mikroba maka diperlukan perlakuan tambahan untuk mensterilkannya, misalnya peningkatan suhu, pengendalian PH, dll.(source:http://gandasitorus.multiply.com/journal/item/36) |
Kamis, 24 Februari 2011
sterilisasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar